Kamis, 14 Juli 2016

Itik buruk rupa dan Angsa yang cantik

"Dirimu terdiri dari dua; satu membayangkan dirimu mengetahui dirimu, dan yang satu lagi membayangkan bahwa orang lain mengetahui dirimu" - Khalil Gibran

Keenam telur itik itu menetas hampir bersamaan. Tinggallah satu butir telur yang lebih besar belum menetas. Sang induk itik sabar menunggu telur yang ketujuh menetas.
Akhirnya telur itik yang ketujuh itu menetas. Tapi yang satu ini berbeda dengan keenam anak itik yang berbulu kuning. Anak itik ini berbulu warna kelabu.

Induk itik memboyong ketujuh anak-anaknya untuk berjalan mencari makan. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seekor ayam.
“ Apa khabar, ibu itik? Anak-anakmu sudah menetas ya. .”
Ayam itupun menengok ke arah anak itik yang berbulu kelabu, dan berkata : “ Tapi kenapa yang satu ini jelek sekali, bulunya kelabu ?”

Rombongan ibu itik dan anak-anaknya pun terus berjalan. Selama perjalanan mereka bertemu dengan hewan-hewan lain yang mengejek dan mengolok-olok anak itik yang berbulu kelabu.

Waktu berlalu. Anak itik berbulu kelabu tumbuh lebih besar tubuhnya dari anak-anak itik yang lainnya. Tapi itik itu selalu merasa tidak percaya diri karena sering diejek dan diolok-olok. Dan ia percaya kalau dirinya memang buruk rupa.

Suatu hari anak itik berbulu kelabu itu pergi meninggalkan keluarganya karena malu dengan keadaannya yang berbeda dengan saudara-saudaranya.

Setiap bertemu dengan hewan lain ia selalu bertanya, :
“ Apakah anda pernah bertemu dengan itik yang berbulu kelabu seperti diriku ?”
Tapi setiap hewan yang ia tanya selalu menjawab “ tidak pernah.”

Anak itik kelabu itu terus berjalan dengan hati yang galau karena ia pikir dirinya adalah mahluk hidup terjelek di dunia.

Suatu hari ketika ia sedang tertidur pulas karena kelelahan berjalan, seorang nenek menangkapnya dan membawanya pulang. Nenek itu merasa kasihan melihat itik remaja yang tampak kurus dan letih itu. Nenek lalu memberi makan. Kemudian memasukkannya ke kandang ayam untuk beristirahat.

Setiap hari nenek itu mengambil telur-telur ayam dari kandang. Ia melihat itik itu belum bertelur juga dan berkata, “ kamu tidak bisa bertelur, tak apa-apa....makanlah yang banyak supaya gemuk.”
Itik itu bertanya kepada ayam-ayam, “ mengapa aku tidak bisa bertelur?”
“ Kamu itik jantan, gak mungkin bertelur. Nenek ingin kamu gemuk karena kan dipotong dan dimasak jadi gulai.” Kata seekor ayam.

Itik kelabu itu ketakutan dan berniat kabur. Ia melakukan berbagai cara agar bisa kabur. Ia mengendap-endap pergi pada suatu malam ketika ayam-ayam dan si nenek sudah tidur. Itik itu lari sejauh mungkin.

Tiba-tiba cuaca menjadi sangat dingin. Itik diam di tepi kolam dan menggigil kedinginan, ketika seorang petani menemukannya. Petani itupun membawanya pulang. Itik yang sudah tak punya tenaga untuk melawan hanya bisa diam pasrah. Ia berpikir, tamatlah sudah hidupnya, petani itu pasti akan memotong dan memasaknya menjadi gulai.

Tapi itik itu salah sangka dengan niat baik Pak Petani. Pak Petani merasa iba padanya dan membawanya untuk merawatnya. Pak Petani itu memberinya makan-makanan sehat bergizi dan memberinya tempat tinggal. Setelah beberapa waktu itik itu kembali sehat dan merasa kuat untuk melakukan perjalanan. Itik berbulu kelabu itu pergi, hingga akhirnya tiba di sebuah danau. Ia pun berenang. Sekumpulan angsa menghampirinya dan menyapanya. Seekor angsa bertanya padanya,
“ Hai.. darimana asalmu. Kamu pasti bukan berasal dari sini ? Aku gak pernah melihatmu sebelumnya? “

Itik yang minder itu hanya menunduk karena takut dicemooh lagi. Tapi saat ia melihat kedalam air, ia terkejut melihat pantulan bayangan dirinya di air. Ia melihat bayangan seekor angsa yang cantik.

Itik berbulu kelabu tidak pernah menyadari kelebihannya. Ia selalu merasa minder dan percaya pada apa yang dikatakan oleh hewan-hewan lain yang iri hati dan ingin merendahkannya. Ia tidak menyadari kalau dirinya adalah seekor angsa yang cantik, berbeda dengan itik-itik lain dan juga saudara-saudaranya. Ia fokus pada apa yang dikatakan hewan-hewan lain padanya.

" Nilai dari seseorang itu di tentukan dari keberaniannya memikul tanggungjawab, mencintai hidup dan pekerjaannya." - Khalil Gibran


Tidak ada komentar:

Posting Komentar