Rabu, 28 November 2012

Hippocrates, Bapak para dokter

" Jalan kaki adalah pengobatan yang terbaik. "


Hippocrates (460-370 SM)  adalah seorang dokter berkebangsaan Yunani. Ia dijuluki sebagai bapak kedokteran. Semua calon dokter mengucapkan sumpah Hippcrates menjelang menjalankan tugasnya. 

Corpus Hippocrates merupakan kumpulan 70 karya pada topik medis yang berbeda. Sebagian besar karya itu merupakan hasil dari studi kasus. Para ahli meyakini bahwa sebagian besar artikel-artikel dalam buku tersebut ditulis oleh Hippocrates dan murid-muridnya.

Hippocrates juga telah membuat kontribusi langsung dalam dunia pengobatan karena ia adalah orang pertama yang menjelaskan sejumlah penyakit.Hippocrates menyatakan bahwa lingkungan, diet dan gaya hidup adalah penyebab timbulnya penyakit. Menurutnya dokter harus rapi, jujur, tenang, pengertian, dan serius. Dan ia menekankan pentingnya observasi dan pencatatan yang obyektif tentang kesehatan pasien agar catatan tersebut bisa diteruskan kepada dokter lainnya apabila diperlukan.

Referensi : en.wikipedia.org
     

Senin, 12 November 2012

Rohana Kudus, Pahlawan Pejuang Pendidikan Wanita Indonesia



“Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan”.  Dengan bijak Rohana Kudus menjelaskan. 

Rohana Kudus, nama wanita pejuang pendidikan wanita Indonesia ini tidak sepopuler RA Kartini, walaupun ia hidup di era yang sama dengan  Kartini. Dan tak ada bait lagu untuk mengapresiasi perjuangannya, seperti halnya lagu untuk RA Kartini. Meskipun banyak kiprahnya untuk kemajuan wanita Indonesia. Ia memiliki komitmen yang kuat terhadap pendidikan perempuan Indonesia. Ia berjuang dan berkorban agar perempuan Indonesia mendapat pendidikan setara dengan laki-laki. Ia juga pendiri surat kabar perempuan pertama di Indonesia.

Rohana tidak mendapat pendidikan secara formal, namun semangat belajarnya sangat tinggi. Pada usia duabelas tahun ia sudah bisa membaca dan menulis abjad Arab, Latin dan Arab-Melayu, dan pandai berbahasa Belanda.  Dan pada usia duabelas tahun ia mengajarkan teman-teman sebayanya membaca dan menulis. Rohana belajar menjahit, menyulam, merenda dan merajut dari seorang perempuan Belanda, isteri pejabat Belanda atasan ayahnya. Ia juga banyak membaca majalah terbitan Belanda yang memuat berita politik, gaya hidup dan pendidikan di Eropa.

Kemudian pada tanggal 11 Februaru 1911 ia mendirikan sekolah keterampilan khusus perempuan, Sekolah Kerajinan Amai Setia. Sekolah ini mengajarkan murid-murid keterampilan tulis-baca, mengelola keuangan, budi pekerti, pendidikan Agama dan Bahasa Belanda. Banyak rintangan yang dihadapinya, terutama dari pemuka adat dan kebiasaan masyarakat Koto Gadang.

Rohana memasarkan hasil kerajinan para muridnya ke Eropa. Sekolah Kerajinan Amai Setia yang didirikan Rohana telah menjadi basis industri rumah tangga serta koperasi jual beli dan simpan pinjam pertama di Minangkabau yang semua anggotanya perempuan.

Banyak petinggi Belanda yang kagum akan perjuangan dan hasil kerja kerasnya. Dan kiprahnya ini menjadi topik pembicaraan di Belanda. Berita perjuangannya banyak ditulis di surat kabar terkemuka dan disebut sebagai perintis pendidikan perempuan pertama di Sumatera Barat.

Tanggal 10 Juli 1912 Rohana mendirikan surat kabar perempuan pertama yang dinamai “Sunting Melayu”. Pemimpin redaksi, redaktur dan penulisnya semuanya perempuan.

Semakin sukses perjuangan Rohana, semakin besar pula badai cobaan menerpa. 22 Oktober 1916, salah seorang muridnya yang sudah sukses mengkhianatinya dan menuduhnya melakukan penyelewengan keuangan, dan Rohana diminta turun dari jabatannya sebagai Direktris dan Peningmeester di Sekolah Amai Setia yang didirikannya. Setelah beberapa kali persidangan tuduhan itu dinyatakan tidak memiliki bukti. Jabatan Direktris dikembalikan kepadanya, tapi ia menolaknya. Ia memilih pulang ke Bukittinggi dan mendirikan sebuah sekolah yang dinamai “Rohana School”.

Rohana turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda. Rohana pun mempelopori berdirinya dapur umum dan badan sosial untuk membantu para gerilyawan. Ia mencetuskan ide penyelundupan senjata dari Kotogadang ke Bukittinggi melalui Ngarai Sianok dengan cara menyembunyikannya dalam sayuran dan buah-buahan yang kemudian dibawa ke Payakumbuh dengan kereta api.

 Rohana Kudus lahir 20 Desember di Koto Gadang , Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Pada usia 24 tahun Rohana menikah dengan Abdul Kudus, seorang notaries.  Sepanjang hidupnya Rohana menghabiskan waktu untuk belajar dan mengajar. Ia melakukan beragam kegiatan yang berorientasi pada pendidikan, jurnalistik, bisnis dan politik. Ia dianugerahi penghargaan sebagai Wartawati Pertama Indonesia. Rohana wafat di Jakarta pada 17 Agustus 1972.

Sumber :id.wikipedia.org