Rabu, 21 September 2016

Nasrudin, si banyak akal

" Inspirasi akan selalu bernyanyi, karena inspirasi tidak pernah menjelaskan." - Khalil Gibran

Suatu hari Nasrudin dan beberapa temannya diundang ke sebuah acara di kampung sebelah. Karena dia tidak memiliki kuda, dia diberi pinjam seekor kuda oleh salah satu temannya. Tapi kuda itu berjalan lambat sekali.

Di tengah perjalanan pulang ke kampungnya hujan turun deras sekali. Teman-temannya memacu kudanya agar berlari lebih cepat, supaya cepat sampai ke rumah masing-masing.

Lain halnya dengan Nasrudin yang menunggangi kuda yang berjalan lambat, ia berhenti sebentar untuk berteduh dan kemudian melipat pakaiannya yang kemudian dimasukan kedalam tas. Setelah hujan sedikit reda, ia meneruskan perjalanannya kembali. Ketika Nasrudin hampir sampai di kampungnya hujan berhenti. Nasrudin memakai bajunya kembali.

Teman-teman Nasrudin heran, dan salah satu temannya yang meminjaminya kuda bertanya," Kok bisa, bajumu tetap kering? Sementara kami basah kuyup kehujanan."
Nasrudin pun menjawab sekenanya, "Ini berkat kuda yang kutunggangi ini." Sembari menepuk-nepuk badan kuda.

Keesokan harinya sang teman pergi ke suatu tempat untuk suatu urusan.Ia menunggangi kuda yangberjalan lambat yang telah dipinjamkan pada Nasrudin kemarin. Di tengah perjalanan hujan turun lagi.

Sang teman tiba dikampungnya dengan basah kuyup dan marah-marah karena ia pikir Nasrudin telah membohonginya.

Nasrudin menjawab, " Itu karena kamu yang fokus pada kecepatan kuda, bukan kepada bagaimana mengatasi situasi hujan."

" Akal dan belajar itu seperti jiwa dan raga. Tanpa raga, jiwa adalah udara hampa. Tanpa jiwa, raga adalah kerangka tanpa makna." - Khalil Gibran

Nasrudin dan keinginan manusia



Suatu hari Nasrudin bertemu dengan Hakim Kota yang terkenal pandai dan bijaksana. Kemudian mereka terlibat pembicaraan dan perdebatan yang seru. Pada masa itu para cendekiawan sering berpikir hanya dari satu sisi saja, begitu juga dengan Bapak Hakim tersebut.


Setelah berbincang berbagai hal, akhirnya Hakim Kota itu bertanya pada Nasrudin, “Seandainya Anda diminta untuk memilih antara kekayaan dan kebijaksanaan, mana yang akan Anda pilih?”
“Tentu, saya memilih kekayaan.” jawab Nasrudin.
Hakim spontan membalas , “Anda adalah cendekiawan yang terkenal bijak. Tapi Anda lebih memilih kekayaan daripada kebijaksanaan?”
Nasrudin balik bertanya, “Kalau pilihan Anda sendiri?”

 “Tentu, saya memilih kebijaksanaan.” tandas Sang Hakim Kota.
 “Kodrat manusia......memilih untuk memperoleh apa yang tidak dimilikinya." Nasrudin berucap.

" Di dalam hasrat manusia, ada kekuatan kerinduan yang mengubah kabut dalam diri  menjadi matahari."  - Khalil Gibran