Rabu, 20 September 2017

Renungan : ayah, anak dan seekor keledai

Jaman dahulu kala, dimana alat transportasi motor, mobil serta pesawat belum ditemukan, manusia menggunakan tenaga hewan kuda, onta dan keledai sebagai alat transportasi.

Suatu hari seorang lelaki dan anak lelakinya yang sudah remaja pergi ke suatu tempat karena suatu urusan. Ia menggunakan keledai sebagai alat transportasi. Namun ketika ia duduk diatas keledai, orang-orang yang melihatnya berkata, " Lihatlah...orang itu sungguh tak tahu diri, ia tega membiarkan anaknya berjalan kaki, sementara dirinya duduk dengan santainya di atas keledai. Kasihan sekali anak malang itu.......bapaknya tega membiarkannya berjalan kaki."

Karena mendengar perkataan orang, lelaki itupun turun dari keledai dan menyuruh anaknya untuk naik ke atas punggung keledai sementara ia berjalan kaki.

Setelah beberapa kilometer mereka berjalan, mereka tiba di suatu tempat, semacam pasar pinggir jalan, dimana banyak orang berkerumun. Tiba-tiba seseorang berkata, "Lihatlah..anak durhaka itu....ia duduk di atas punggung keledai dan membiarkan bapaknya yang sudah tua berjalan kaki."

Mendengar perkataan itu, si anak merasa malu dan turun dari atas punggung keledai. Dan bapak dan anak itu akhirnya berjalan kaki sambil menuntun keledai. Setelah kurang lebih satu kilometer, mereka mendengar orang-orang tertawa mencemooh dan seseorang berteriak, " Hai dungu....kalian ini bodoh sekali. Kenapa kalian berjalan kaki menuntun keledai, bukannya naik ke atas punggung keledai. Dasar dungu !"

Ayah dan anak itu kebingungan. Semua yang dilakukannya selalu salah di mata orang lain.

Jangan ambil pusing dengan pendapat orang lain. Mereka hanya asal bicara. Kadang beberapa dari mereka hanya ingin membuat mentalmu jatuh. Mereka tidak akan peduli dengan kesusahanmu. Tetaplah fokus pada tujuanmu. Dan jangan juga terlalu percaya dengan yang diceritakan orang, sebelum yakin betuk kebenarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar