Kamis, 27 Juli 2017

Cerita Penyejuk Hati (part 1)

Sue Ann adalah seorang janda dengan tiga orang anak-anak dan tanpa dukungan dana dari mantan suaminya. Ia memiliki usaha jasa penitipan anak. Sue Ann sangat berharap memiliki rumah tinggal sekaligus tempat penitipan anak sendiri. Selama ini pemilik rumah yang ditinggali oleh Sue Ann dan sekaligus tempat penitipan anak ini tidak mau memperbaiki  kerusakan-kerusakan, sehingga sangat tidak nyaman untuk ditempati.

Sue Ann bekerja keras dan telah berhemat agar bisa menabung. Beberapa kali ia mengajukan kredit kepemilikan rumah  ke bank, tetapi selalu ditolak, karena uang muka yang kurang. Meskipun begitu ia tetap berharap dapat memiliki rumah sendiri di musim panas 2001. Saat musim gugur, uang tabungannya masih jauh dari yang dibutuhkan.

Pada suatu hari di bulan September 2001 nampak perubahan pada wajah Sue Ann, wajah yang selama ini tenang dan bersahaja itu memancarkan energy yang kuat,matanya menari gembira. Ia telah menerima sebuah amplop yang dikirimkan dari seseorang yang tidak dikenal. Amplop itu berwarna putih polos dan tertulis nama Sue Ann. Tidak ada nama dan alamat pengirim di amplop itu. Saat membuka amplop Sue Ann menarik selembar kertas yang ternyata berupa sebuah lukisan dari krayon yang dibuat oleh anak kecil, bergambar sebuah rumah kecil dengan beberapa orang disekitarnya dan dua buah pohon. Masih ada selembar kertas kecil dari dalam amplop itu, ketika Sue Ann menarik kertas kecil itu ternyata selembar cek yang dikeluarkan oleh sebuah bank, ada nama Sue Ann tertulis sebagai penerima uang, jumlahnya $10.000. Pengirim tertulis “anonym”. 


Sue Ann menelpon bank yang mengeluarkan cek itu untuk menanyakan keasliannya. Pegawai bank menegaskan kalau cek itu asli.

Meski sudah memiliki uang $10.000 dari orang tak dikenal, Sue Ann tetap sukar untuk mendapatkan kredit dari bank. Akhirnya setelah menabung berbulan-bulan dan mencari-cari, ada yang memberi pinjaman dan ia menemukan sebuah rumah idamannya.

Sue Ann mendekorasi rumahnya sekaligus tempat penitipan anak dengan berbagai sentuhan dekoratif. Tapi yang diperlakukan istimewa adalah lukisan krayon bergambar sebuah rumah dengan beberapa orang disekitarnya. Ia menempatkan lukisan itu dalam sebuah pigura.

Di saat paling tragis dan penuh cobaan, selalu ada orang baik, yang membuat hidup orang lain berubah menjadi lebih baik. Itulah yang membuat dunia ini menjadi lebih indah.

Sumber : Danielle R. Gibbings, A Cup of Comport for Inspiration



"Kalian memiliki takdir kepastian untuk merasakan penderitaan dan kepedihan. Jika hati kalian masih tergetar oleh rasa takjub menyaksikan keajaiban yang terjadi dalam kehidupan, maka pedihnya penderitaan tidak kalah menakjubkan daripada kesenangan." - Khalil Gibran

Rabu, 26 Juli 2017

Pepatah dari Negeri China (part 2)

Pada periode perang antar Negara di Negeri China ( sekitar 400 SM – 200 SM), Raja Zou Mu Gong kalah perang.

 “ Tiga puluh tiga pejabat kita gugur dalam perang ini, dan tidak ada seorang pun rakyat yang mengulurkan bantuan. Menyedihkan sekali !” keluhnya.

“ Ketika rakyat Anda hampir mati kelaparan selama musim paceklik, pejabat-pejabat Anda menolak untuk menolong mereka, padahal banyak sekali persediaan makanan di gudang.  Anda tidak peduli  pada rakyat kecil. Jadi, buat apa mereka peduli pada Anda dan para pejabat yang gugur itu? Orang akan memperlakukan Anda sebagaimana Anda memperlakukan mereka.”  Jawab Mensius.

Pesan moral : Seseorang akan menuai dari apa yang dilakukannya.


Sumber : Wu Yuan, Mutiara dari China 1, PT Gramedia Pustaka Umum

Senin, 24 Juli 2017

Bandara Wiriadinata Tasikmalaya

Tanggal 10 Juni 2017, hari Sabtu, adalah moment bersejarah bagi warga Tasikmalaya. Pada hari ini Presiden Jokowi meresmikan bandara komersi Wiriadinata Tasikmalaya. Dan 1 Juli 2017 bandara ini dibuka untuk umum. Ini merupakan khabar baik bagi warga Tasikmalaya yang sering bolak-balik Tasikmalaya-Jakarta, baik untuk urusan pekerjaan, bisnis atau urusan keluarga.



Saya sempat memesan tiket pesawat untuk keberangkatan tanggal  1  dan 2 Juli 2017 dari Tasikmalaya (Bandara Wiriadinata) ke Jakarta (Bandara Halim Perdanakusumah), tapi sayang, tiket habis terjual untuk kedua tanggal tersebut. Akhirnya saya pun memesan tiket bus Budiman First Class jurusan Tasikmalaya – Bekasi, seperti biasanya. ( PO Budiman ini adalah perusahaan bus terbaik di kota Tasikmalaya, menurut pendapat saya, berdasarkan pengalaman saya naik bus antar kota selama lebih dari 20 tahun, tak ada transportasi umum bus yang lebih nyaman dari ini, dengan pool bus tersendiri yang dikelola dengan baik serta jauuuh…… lebih nyaman dari terminal bus Tasikmalaya. Saya kecewa dengan berita akan adanya aturan baru yang akan diberlakukan bahwa penumpang tidak boleh naik bus dari pool bus, mulai Oktober 2017.)



Tanggal 22 Juli 2017, saya berhasil mendapatkan boarding pass. Akhirnya saya punya kesempatan naik pesawat dari Halim Perdana Kusumah Jakarta (berjarak 20 menit berkendara dari tempat tinggal saya) ke Bandara Wiriadinata Tasikmalaya (berjarak  15 menit berkendara dari tempat tinggal orang tua dan keluarga di Tasikmalaya). Ketika masuk ke dalam pesawat, semua kursi terisi penuh, hanya tersisa satu untuk saya. Pesawat terbang di udara tidak lebih dari 30 menit. Total perjalanan Jakarta –Tasikmalaya hanya satu jam saja.

Ketika saya turun dari pesawat Wings Air yang membawa saya dari Jakarta ke Tasikmalaya…saya kaget (jauh dari yang saya bayangkan…karena terbiasa melihat Bandara Internasional  Soekarno Hatta, Changi Int. Airport, dan bandara lainnya ), ternyata bandara ini kecil sekali, dikelilingi oleh area persawahan, area indoor bandara pun hanya seluas sebuah rumah tinggal. Para penjemput berdiri di pinggir lapangan melambai-lambaikan tangan, mengingatkan saya akan film-film jaman dulu. Dan ketika hendak ambil bagasi, saya harus tanya dulu kepada petugas bandara, dimana tempat mengambil  bagasi. Saya masih bingung ketika petugas tsb. mempersilahkan saya duduk menunggu, nanti bagasi diantar katanya.

Tapi, saya merasa bangga, kota Tasikmalaya telah memiliki sebuah bandara. Senang dan bersyukur dengan beroperasinya bandara komersil di Tasikmalaya ini, karena memudahkan perjalanan saya, dan membuat nyaman, tidak capek. Mudah-mudahan…di masa depan bandara ini bisa berkembang seperti Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta .

Sedikit informasi bagi teman-teman yang berkunjung ke Tasikmalaya dan tak ada keluarga atau teman yang menjemput, lebih baik menyiapkan aplikasi GRAB, GO CAR, GO-JEK di HP,  karena di area bandara ini tidak ada transportasi umum seperti taxi konvensional dan ojek.  

" Bahwasanya dunia ini adalah tempat singgah untuk sementara waktu. Bukan tempat tinggal yang sebenarnya. Sedangkan manusia yang didalamnya selaku musafir yang sedang berkelana. Awal pertama manusia singgah dalam perut ibunya, dan terakhir manusia singgah di liang kubur. Manusia masih dalam perjalanan dan yang dituju adalah kampung halaman yang kekal yaitu Akhirat. " - Khalil Gibran




Senin, 17 Juli 2017

Pepatah dari Negeri China (part 1)

Pada masa pemerintahan Dinasti Han Barat di China (sekitar 206 SM – 25 M), Kaisar Han Xuan memerintahkan kepada para pejabat bawahannya untuk mencari strategi perang melawan suku Qiang dan bertanya siapa yang bersedia untuk memimpin pasukan perang.

Jendral Zhao Chongguo yang telah berusia 76 tahun menawarkan diri untuk memimpin pasukan perang dan berkata, “ Melihat sesuatu sekali lebih baik daripada mendengar beratus-ratus kali. Izinkan hamba mempelajari keadaan di lapangan sebelum mengajukan usulan.”

Setelah melakukan penyelidikan terhadap daerah dan situasi pihak musuh, ia memutuskan untuk menempatkan prajurit garnisun secara menyebar, sehingga bisa membuat prajurit Qiang terbagi-bagi menjadi pasukan-pasukan kecil saat menyerang. Rencana itu berhasil dan suku Qiang tidak berani lagi menyerang mereka.


Moral cerita : Melihat dengan mata kepala sendiri jauh lebih baik daripada mendengar dari orang lain.


Sumber : Wu Yuan, Mutiara dari Negeri China 1 , PT Gramedia Pustaka Umum

Kamis, 13 Juli 2017

Tiket kapal dan Perjamuan

“Duapuluh tahun dari sekarang kita akan lebih kecewa oleh hal-hal yang tidak kita lakukan  daripada oleh apa yang telah kita lakukan. Jangan membuang waktu. Berlayar jauh dari pelabuhan yang aman. Menangkap angin. Jelajah mimpi.” – Mark Twain

Alkisah seorang  pemuda desa yang miskin bercita-cita ingin mengubah nasibnya dengan pergi ke kota besar. Ia menjual semua harta miliknya agar ia bisa membeli tiket kapal laut ke kota impian. 
Berbekal sebuah tiket kapal dan beberapa potong roti ia menaiki tangga kapal.

Setiap hari ia hanya makan roti, karena uangnya sudah habis untuk membeli tiket. Ia berjalan mengelilingi kapal, dan ia melihat sebuah ruangan besar (ballroom), dimana semua orang bersenang-senang, berdansa, makan-makanan enak.  Makanan begitu berlimpah, dan semua orang disana makan sesuka hatinya dan sepuasnya. Pemuda itu menunduk sedih dan kembali ke kabin, makan sepotong roti.

Setelah beberapa hari berlayar, tibalah kapal tersebut di kota tujuan. Ketika turun dari kapal, seorang kapten kapal menyapa pemuda miskin itu, dan bertanya, “ Anak muda…saya gak pernah melihatmu di perjamuan?”. Pemuda itu menjawab, “Saya tidak punya uang untuk makan di perjamuan itu. Uang saya habis untuk membeli tiket  kapal, dan hanya tersisa sedikit untuk membeli beberapa potong roti.” Kapten kapal terkejut, “Anda tidak tahu bahwa harga tiket kapal sudah termasuk jamuan makan? Apa tak ada yang memberitahu?”

Tak ada yang akan memberitahu kita bahwa kita boleh memiliki impian besar.

Tiket kapal tersebut diumpamakan sebagai “kehidupan” , perjamuan makan diumpamakan  “impian besar”. Pemuda itu hanya perlu mengetuk pintu ballroom. Pasti akan ada seseorang yang membukakan pintu untuknya.


“Tidak perlu melihat keseluruhan tangga, namun hanya perlu mengambil langkah pertama.” – Christopher Reeve

Sumber : Merry Riana, A Gift from A Friend, PT Gramedia Pustaka Utama

Dongeng pengantar tidur : Kelinci dan Kura kura

Suatu hari ada lomba kecepatan lari. Kelinci yang merasa yakin kalau dirinya sangat jago lari turut serta. Kura-kura yang berjalan sangat lamban pun ikut serta, meskipun kelinci mengolok-olok dirinya.

Kelinci berlari sangat cepat, ia pun menengok ke belalang, kura-kura tertinggal jauh. Kelinci merasa yakin dia bakal memenangkan perlombaan. Ia pun beristirahat dulu di bawah pohon rindang. Ia berpikir mana mungkin kura-kura bisa melampauinya.

pic. courtesy of freeimages.com

Ketika kelinci terbangun….kura-kura sudah jauh didepannya. Ia pun mulai bangkit dan berlari menyusul. Tapi, kura-kura sudah mencapai garis finish.

Dan pemenang pertandingan adalah kura-kura si lamban.


“ Yang terpenting dalam Olimpiade bukanlah kemenangan, tetapi keikutsertaan. Yang terpenting dari kehidupan bukanlah kemenangan, namun bagaimana bertanding dengan baik.” – Baron Pierre de Coubertin – Pendiri & Presiden pertama Komite Olimpiade Internasional

Selasa, 11 Juli 2017

Dongeng pengantar tidur : Wanita penunggu bulan

“ tok tok bulan tok bulan tok aya bulan sagede batok…. tok tok bulan tok bulan tok aya bulan sagede batok….”

pic. courtesy of freeimages.com
Terdengar  anak-anak bernyanyi setiap  malam bulan purnama…..sekitar empat puluh tahun yang lalu ketika saya masih seorang anak kecil. Mungkin juga ratusan tahun sebelumnya, anak-anak selalu bernyanyi memanggi-manggil bulan.

Pada saat bulan purnama tampak bayangan seorang nenek sedang menenun didampingi oleh seekor kucing. Dia dipanggil Nini Anteh.

Pada jaman dahulu kala…ada seorang gadis remaja piatu. Ia tinggal bersama ayah dan ibu tiri. Ibunya sudah meninggal ketika ia masih berumur lima tahun. Malang sekali nasibnya, ibu tirinya sangat kejam, sering memarahinya dan memukulinya ketika ayahnya sedang pergi bekerja. Gadis itu sering dibiarkan kelaparan, padahal sudah kelelahan mengerjakan pekerjaan rumah dan kebun.

Bukannya memberi gadis itu makan, ibu tiri malah mengambil bakul nasi dan menumpahkannya ke kepala gadis malang itu. Seolah-olah gadis itu telah menghambur-hamburkan nasi, ketika ayahnya datang dan melihatnya.

Pernah ia menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada ayahnya, tapi ayahnya tak percaya. Karena didepan ayahnya, ibu tiri selalu menunjukan sikap penuh kasih sayang.

Suatu hari…gadis piatu itu sudah tidak tahan lagi dengan penderitaannya, sudah tak kuat lagi menahan rasa sakit karena perlakuan ibu tirinya. Ia pergi ke kuburan ibunya, berkeluh kesah dan menangis. Ia ditemani kucing kesayangannya.

Dan ia pun berucap “Ibu..aku sudah tak kuat lagi….aku tak sanggup lagi hidup bersama ibu tiri…berilah aku kebahagiaan….”.

Tiba-tiba datang bidadari turun dari pelangi dan menghampirinya. Bidadari jelita itu berkata  “Ayo…ikut denganku..kamu akan bahagia bila ikut denganku…”

Gadis mengangguk tanda setuju dan membiarkan bidadari menuntunnya berjalan di di atas pelangi, bersama kucing kesayangannya.

Sejak saat itu gadis malang telah menemukan kebahagiaannya dan tinggal di bulan.  Sebulan sekali, di saat purnama, ia selalu menampakkan diri. Untuk mengusir kesepiannya gadis itu menenun kain sutera. Karena itu ia dipanggil Anteh (wanita yang menenun). Gadis itu tinggal selamanya di bulan hingga tua, dan sekarang dipanggil Nini Anteh.

“ tok tok bulan tok bulan tok aya bulan sagede batok…. tok tok bulan tok bulan tok aya bulan sagede batok….”


Sekarang ini sudah tak terdengar lagi nyanyian anak-anak tersebut.  Anak-anak sekarang sibuk bermain games dan internet. Tak ada waktu bagi mereka untuk sekedar menikmati keindahan alam di saat Bulan Purnama.

Dongeng pengantar tidur : Telaga Warna

Jaman dahulu kala ada sebuah kerajaan kecil di tanah Sunda. Sang Raja sangat mendambakan anak. Setelah sekian lama Raja dan Permaisuri menikah belum juga dikaruniai Putera atau puteri yang akan mewarisi kerajaannya kelak.

Suatu hari keinginan Raja terkabul. Permaisuri hamil. Sembilan bulan kemudian lahirlah seorang bayi yang cantik. Raja dan Permaisuri sangat bahagia.

Hari berlalu..bayi cantik berubah jadi gadis remaja yang sangat jelita. Namun, kejelitaan wajah tidak seiring dengan perangainya yang buruk. Meskipun kelakuan Puteri sering membuat Raja dan Permaisuri sedih, Raja sangat menyayangi puterinya. Apapun keinginan Puteri selalu dipenuhinya, tapi Sang Puteri tak pernah merasa puas. Hingga suatu hari Sang Raja sudah tak dapat lagi memenuhi keinginan Puteri, membuat Puteri marah besar. Puteri melemparkan semua perhiasan yang terdiri dari emas permata dan berlian ke halaman istana.

“Kecantikan tidak terletak pada wajah,tapi terpancar dari dalam hati.” – Khalil Gibran

Ajaib, dari dalam tanah yang dilempari permata berlian itu keluar air. Terus menerus..tanah itu mengeluarkan air, sehinggan akhirnya membentuk sebuah telaga. Air telaga itu memancarkah cahaya yang berwarna-warni. Sangat Indah. Telaga itu disebut telaga warna.


Selasa, 04 Juli 2017

Kepada dia yang merindu

" Carilah ia untuk bersamamu menghidupkan Sang Waktu ! Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu. " - Khalil Gibran

" Dan jika kau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?.Kau ingin mengukur Waktu yang tanpa ukuran dan tak teratur? " - Khalil Gibran

The Tourist

" Aku akan berjalan bersama mereka yang berjalan. Karena aku tidak akan berdiam diri seperti penonton yang menyaksikan perarakan berlalu." - Khalil Gibran

Beberapa bulan yang lalu aku dan adikku berkunjung ke Bangkok (Thailand). Bukan karena kami tak suka dengan tempat wisata negeri sendiri. Berkunjung ke Negara yang berbeda bahasa dan bangsa memiliki sensasi tersendiri. Tujuanku pergi kesana adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu mengenai negeri lain. Ingin tahu seperti apa rasanya tinggal di negeri yang terkenal dengan sebutan negeri gajah putih ini ( selama disana saya belum punya kesempatan bertemu dengan gajah putih), meskipun hanya beberapa hari saja, mencicipi kuliner khas-nya, berbelanja di pasar tradisional-nya, berkomunikasi dengan penduduk lokal. Kami mendadak jadi turis.


mencicipi kuliner kota Bangkok di Chatuchak Market
es krim khas Thailand
Minum kopi yang dibeli di Family Mart, mini market seberang Nasa Vegas Hotel tempat kami menginap, di pagi hari sebelum explore kota Bangkok.


Berbeda dengan diriku, turis yang satu ini, yaitu adik perempuanku, memiliki tujuan untuk selfie ria dengan latar belakang kota Bangkok. Mungkin selfie di negeri gajah putih ini memiliki sensasi tersendiri, meskipun banyak tempat wisata di Indonesia yang memiliki panorama alam yang jauh lebih menarik dan instagramable. Bahkan, suasana kota Bangkok tak jauh berbeda dengan Jakarta, udaranya pun sepanas dan segersang Jakarta. Namun, seperti kata pepatah, rumput tetangga selalu lebih menarik.

di Bandara Don Mueang
di ruang tunggu bandara Don Mueang
di Ramkhamhaeng Road
bersama secangkir espresso di sebuah kafe di Wat Arun

Kelebihan kota Bangkok dari Jakarta adalah transportasi umum yang lebih baik dan teratur (sistem kereta api yang terdiri dari BTS, MRT, ARL). Banyak akses menuju mall-mall, pusat perbelanjaan, tempat wisata, bandara, serta hotel yang terhubung dengan kereta api, sehingga mempermudah turis menjelajah kota. Satu lagi,….ssstt… ternyata kuliner di Bangkok lebih murah dan enak daripada Jakarta.


skywalk/jembatan yang menghubungkan stasiun kereta dengan lobby Nasa Vegas Hotel



Senin, 03 Juli 2017

Tikus Desa dan Tikus Kota

“ Sahabatku yang papa, bahwa malang yang menimpamu dalam hidup merupakan kekuatan yang menerangi hatimu, dan membangkitkan jiwamu dari ceruk ejekan ke singgasana kehormatan, maka engkau akan merasa berpuas hati karena pengalamanmu, dan engkau akan memandangnya sebagai pembimbing, serta membuatmu bijaksana.” – Khalil Gibran

Suatu hari seekor tikus kota berkunjung ke tempat saudaranya di desa, seekor tikus desa. Tikus desa menyambutnya dengan wajah yang gembira, ia pun menjamu si tikus kota dengan senang hati. Tikus desa menyajikan tangkai gandum, akar-akaran dan biji-bijian. Namun ketika mereka bersantap, tikus kota hanya makan sedikit dan tampak tidak berselera. Agar tikus desa tidak tersinggung, ia makan sedikit demi sedikit.

Pada malam hari sebelum pergi tidur, mereka saling bercerita pengalaman hidup masing-masing. Si tikus desa terpesona dengan kehidupan mewah yang diceritakan oleh tikus kota. Ia pun ingin pergi ke kota.

Kemudian tikus desa pergi ke kota bersama tikus kota. Ia menginap di tempat tikus kota bersarang, di salah satu sudut gudang di sebuah rumah mewah dan megah.

Tikus desa berdecak kagum melihat tempat tinggal tikus kota. Matanya terbelalak melihat begitu banyak sisa-sisa makanan enak di atas meja makan. Pemilik rumah habis mengadakan pesta. Tikus desa dan tikus kota menghampiri makanan tersebut dan menggigit sedikit remah kue, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara seekor kucing, mereka lalu bersembunyi.

Ketika ruangan tampak sepi, mereka kembali mendekati sisa-sisa makanan . Mereka kembali terkejut…lalu bersembunyi…pelayan dan seekor anjing datang. Dan pelayan membersihkan semua sisa-sisa makanan dari atas meja.

Jantung tikus desa berdegup kencang karena ketakutan. Ia pun berpamit kepada tikus kota untuk segera pulang ke desa.

Tikus desa memang hidup sederhana, makan seadanya, tapi ia merasa nyaman dan aman hidup di desa. Ia tak mau lagi pergi ke kota.

Hidup miskin dari sumber yang aman dan  halal lebih baik daripada hidup mewah  dari sumber yang tidak halal. Hidup sederhana dalam kenyamanan lebih indah daripada hidup berkelimpahan harta tapi selalu dibayangi ketakutan.