Demikian senja turun dan Sita terkapar
Di ranjang. Walau begitu jangan kau tanya
Mengapa semua ini terjadi;
Pada kobaran api yang menyala di tegalan,
(puisi karya Soni Farid Maulana)
Rahwana tak selamanya berbuat jahat. Ia tak
seburuk yang orang kira. Ia selalu bersikap sopan. Jantan. Jujur. Ia tulus
mencintai Sinta. Tak pernah menyentuh Sinta. Dia setia menunggu hingga Sinta
menerima cintanya. Sosoknya pun gagah. Rahwana
sangat memanjakan Sinta, ia melimpahi wanita yang dicintainya itu dengan
segala kemewahan. perilaku Rahwana
meluluhkan hati Sinta.
“Malam, menjadikan
mata jernih melihat kenikmatan di dunia dan menjadikan
misteri-misteri keabadian di dunia ini hadir.” ( Khalil Gibran)
misteri-misteri keabadian di dunia ini hadir.” ( Khalil Gibran)
Ada saat-saat dimana
Rahwana harus pergi meninggalkan istananya sementara waktu. Tapi Sinta tidak
pernah mengambil kesempatan untuk melarikan diri. Sinta memang ingin tinggal
bersama Rahwana.
Mungkin Sinta jatuh cinta pada Rahwana. Mungkin
Sinta mengagumi kegigihan Rahwana yang berjuang merebut cintanya. Mungkin
Sinta merasa tersanjung dengan perlakuan Rahwana. Mungkin Sinta mendamba
pelukan rahwana. Hati seorang wanita seperti hutan yang lebat, begitu pula hati Sinta,
penuh misteri.
“ Ketika kita menemukan seseorang yang
keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam
suatu keanehan serupa yang dinamakan cinta.” (Khalil Gibran)
Kecewa dan patah hati karena Rama tak kunjung
menjemput dirinya.? Memang, Rama pernah meminta temannya, Hanoman, untuk menemui Sinta dan memberi hadiah sebuah cincin. Tak cukup besarkah cinta Rama? Atau Sinta tak pernah
sepenuhnya mencintai Rama? Atau memang Sinta tidak setia?
“ Tapi
ketika cinta itu mati, kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.” (Khalil
Gibran)
Nun jauh di sana, seorang pria tampan termenung.....Telah
bertahun-tahun Sinta tinggal di istana Rahwana. Tentu ada saat dimana Sinta
menghabiskan malam di peraduan Rahwana. Ia
cemburu.
Ia ragu....mungkinkah Rahwana tidak pernah
menculik Sinta? Mungkinkah Sinta yang membiarkan dirinya jatuh ke pelukan
Rahwana?
Elegi Sinta
( puisi karya Dorothea Rosa Herliany)
aku sinta yang urung membakar diri.
demi darah suci
bagi lelaki paling pengecut bernama rama.
lalu aku basuh tubuhku, dengan darah hitam.
agar hangat gelora cintaku.
tumbuh di padang pendakian yang paling hina.
kuburu rahwana,
dan kuminta ia menyetubuhi nafasku
menuju kehampaan langit.
kubiarkan terbang, agar tangan yang
takut dan kalah itu tak mampu menggapaiku.
siapa bilang cintaku putih? mungkin abu,
atau bahkan segelap hidupku.
tapi dengarlah ringkikku yang indah.
menggosongkan segala yang keramat dan abadi.
kuraih hidupku, tidak dalam api
–rumah bagi para pendosa.
tapi dalam kesunyian yang sia-sia dan papa.
agar sejarahku terpisah dari para penakut
dan pendusta. rama…
(Dorothea Rosa Herliany, Elegi Sinta)
( puisi karya Dorothea Rosa Herliany)
aku sinta yang urung membakar diri.
demi darah suci
bagi lelaki paling pengecut bernama rama.
lalu aku basuh tubuhku, dengan darah hitam.
agar hangat gelora cintaku.
tumbuh di padang pendakian yang paling hina.
kuburu rahwana,
dan kuminta ia menyetubuhi nafasku
menuju kehampaan langit.
kubiarkan terbang, agar tangan yang
takut dan kalah itu tak mampu menggapaiku.
siapa bilang cintaku putih? mungkin abu,
atau bahkan segelap hidupku.
tapi dengarlah ringkikku yang indah.
menggosongkan segala yang keramat dan abadi.
kuraih hidupku, tidak dalam api
–rumah bagi para pendosa.
tapi dalam kesunyian yang sia-sia dan papa.
agar sejarahku terpisah dari para penakut
dan pendusta. rama…
(Dorothea Rosa Herliany, Elegi Sinta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar