“ Sahabatku yang papa, bahwa malang yang menimpamu dalam hidup merupakan kekuatan yang menerangi hatimu, dan membangkitkan jiwamu dari ceruk ejekan ke singgasana kehormatan, maka engkau akan merasa berpuas hati karena pengalamanmu, dan engkau akan memandangnya sebagai pembimbing, serta membuatmu bijaksana.” – Khalil Gibran
Suatu hari seekor tikus kota berkunjung ke tempat saudaranya di desa, seekor tikus desa. Tikus desa menyambutnya dengan wajah yang gembira, ia pun menjamu si tikus kota dengan senang hati. Tikus desa menyajikan tangkai gandum, akar-akaran dan biji-bijian. Namun ketika mereka bersantap, tikus kota hanya makan sedikit dan tampak tidak berselera. Agar tikus desa tidak tersinggung, ia makan sedikit demi sedikit.
Suatu hari seekor tikus kota berkunjung ke tempat saudaranya di desa, seekor tikus desa. Tikus desa menyambutnya dengan wajah yang gembira, ia pun menjamu si tikus kota dengan senang hati. Tikus desa menyajikan tangkai gandum, akar-akaran dan biji-bijian. Namun ketika mereka bersantap, tikus kota hanya makan sedikit dan tampak tidak berselera. Agar tikus desa tidak tersinggung, ia makan sedikit demi sedikit.
Pada malam hari sebelum pergi tidur, mereka saling bercerita
pengalaman hidup masing-masing. Si tikus desa terpesona dengan kehidupan mewah
yang diceritakan oleh tikus kota. Ia pun ingin pergi ke kota.
Kemudian tikus desa pergi ke kota bersama tikus kota. Ia
menginap di tempat tikus kota bersarang, di salah satu sudut gudang di sebuah
rumah mewah dan megah.
Tikus desa berdecak kagum melihat tempat tinggal tikus kota.
Matanya terbelalak melihat begitu banyak sisa-sisa makanan enak di atas meja
makan. Pemilik rumah habis mengadakan pesta. Tikus desa dan tikus kota
menghampiri makanan tersebut dan menggigit sedikit remah kue, tiba-tiba mereka
dikejutkan oleh suara seekor kucing, mereka lalu bersembunyi.
Ketika ruangan tampak sepi, mereka kembali mendekati
sisa-sisa makanan . Mereka kembali terkejut…lalu bersembunyi…pelayan dan seekor
anjing datang. Dan pelayan membersihkan semua sisa-sisa makanan dari atas meja.
Jantung tikus desa berdegup kencang karena ketakutan. Ia pun
berpamit kepada tikus kota untuk segera pulang ke desa.
Tikus desa memang hidup sederhana, makan seadanya, tapi ia
merasa nyaman dan aman hidup di desa. Ia tak mau lagi pergi ke kota.
Hidup miskin dari sumber yang aman dan halal lebih baik daripada hidup mewah dari sumber yang tidak halal. Hidup sederhana
dalam kenyamanan lebih indah daripada hidup berkelimpahan harta tapi selalu
dibayangi ketakutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar