"Dirimu terdiri dari dua; satu membayangkan dirimu mengetahui dirimu, dan yang satu lagi membayangkan bahwa orang lain mengetahui dirimu" - Khalil Gibran
Keenam telur itik
itu menetas hampir bersamaan. Tinggallah satu butir telur yang lebih besar
belum menetas. Sang induk itik sabar menunggu telur yang ketujuh menetas.
Akhirnya telur
itik yang ketujuh itu menetas. Tapi yang satu ini berbeda dengan keenam anak
itik yang berbulu kuning. Anak itik ini berbulu warna kelabu.
Induk itik
memboyong ketujuh anak-anaknya untuk berjalan mencari makan. Di tengah
perjalanan ia bertemu dengan seekor ayam.
“ Apa khabar, ibu
itik? Anak-anakmu sudah menetas ya. .”
Ayam itupun
menengok ke arah anak itik yang berbulu kelabu, dan berkata : “ Tapi kenapa
yang satu ini jelek sekali, bulunya kelabu ?”
Rombongan ibu itik
dan anak-anaknya pun terus berjalan. Selama perjalanan mereka bertemu dengan
hewan-hewan lain yang mengejek dan mengolok-olok anak itik yang berbulu kelabu.
Waktu berlalu.
Anak itik berbulu kelabu tumbuh lebih besar tubuhnya dari anak-anak itik yang
lainnya. Tapi itik itu selalu merasa tidak percaya diri karena sering diejek
dan diolok-olok. Dan ia percaya kalau dirinya memang buruk rupa.
Suatu hari anak
itik berbulu kelabu itu pergi meninggalkan keluarganya karena malu dengan
keadaannya yang berbeda dengan saudara-saudaranya.
Setiap bertemu
dengan hewan lain ia selalu bertanya, :
“ Apakah anda
pernah bertemu dengan itik yang berbulu kelabu seperti diriku ?”
Tapi setiap hewan
yang ia tanya selalu menjawab “ tidak pernah.”
Anak itik kelabu
itu terus berjalan dengan hati yang galau karena ia pikir dirinya adalah mahluk
hidup terjelek di dunia.
Suatu hari ketika
ia sedang tertidur pulas karena kelelahan berjalan, seorang nenek menangkapnya
dan membawanya pulang. Nenek itu merasa kasihan melihat itik remaja yang tampak
kurus dan letih itu. Nenek lalu memberi makan. Kemudian memasukkannya ke
kandang ayam untuk beristirahat.
Setiap hari nenek
itu mengambil telur-telur ayam dari kandang. Ia melihat itik itu belum bertelur
juga dan berkata, “ kamu tidak bisa bertelur, tak apa-apa....makanlah yang
banyak supaya gemuk.”
Itik itu bertanya
kepada ayam-ayam, “ mengapa aku tidak bisa bertelur?”
“ Kamu itik
jantan, gak mungkin bertelur. Nenek ingin kamu gemuk karena kan dipotong dan
dimasak jadi gulai.” Kata seekor ayam.
Itik kelabu itu
ketakutan dan berniat kabur. Ia melakukan berbagai cara agar bisa kabur. Ia
mengendap-endap pergi pada suatu malam ketika ayam-ayam dan si nenek sudah
tidur. Itik itu lari sejauh mungkin.
Tiba-tiba cuaca
menjadi sangat dingin. Itik diam di tepi kolam dan menggigil kedinginan, ketika
seorang petani menemukannya. Petani itupun membawanya pulang. Itik yang sudah
tak punya tenaga untuk melawan hanya bisa diam pasrah. Ia berpikir, tamatlah
sudah hidupnya, petani itu pasti akan memotong dan memasaknya menjadi gulai.
Tapi itik itu
salah sangka dengan niat baik Pak Petani. Pak Petani merasa iba padanya dan
membawanya untuk merawatnya. Pak Petani itu memberinya makan-makanan sehat
bergizi dan memberinya tempat tinggal. Setelah beberapa waktu itik itu kembali
sehat dan merasa kuat untuk melakukan perjalanan. Itik berbulu kelabu itu
pergi, hingga akhirnya tiba di sebuah danau. Ia pun berenang. Sekumpulan angsa
menghampirinya dan menyapanya. Seekor angsa bertanya padanya,
“ Hai.. darimana
asalmu. Kamu pasti bukan berasal dari sini ? Aku gak pernah melihatmu
sebelumnya? “
Itik yang minder
itu hanya menunduk karena takut dicemooh lagi. Tapi saat ia melihat kedalam
air, ia terkejut melihat pantulan bayangan dirinya di air. Ia melihat bayangan
seekor angsa yang cantik.
Itik berbulu
kelabu tidak pernah menyadari kelebihannya. Ia selalu merasa minder dan percaya
pada apa yang dikatakan oleh hewan-hewan lain yang iri hati dan ingin
merendahkannya. Ia tidak menyadari kalau dirinya adalah seekor angsa yang
cantik, berbeda dengan itik-itik lain dan juga saudara-saudaranya. Ia fokus
pada apa yang dikatakan hewan-hewan lain padanya.
" Nilai dari seseorang itu di tentukan dari keberaniannya memikul tanggungjawab, mencintai hidup dan pekerjaannya." - Khalil Gibran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar