“Perputaran zaman tidak akan pernah membuat
perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala
kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat
pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan
rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya
hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan”. Dengan bijak Rohana Kudus menjelaskan.
Rohana Kudus, nama wanita pejuang pendidikan wanita
Indonesia ini tidak sepopuler RA Kartini, walaupun ia hidup di era yang sama
dengan Kartini. Dan tak ada bait lagu
untuk mengapresiasi perjuangannya, seperti halnya lagu untuk RA Kartini.
Meskipun banyak kiprahnya untuk kemajuan wanita Indonesia. Ia memiliki komitmen
yang kuat terhadap pendidikan perempuan Indonesia. Ia berjuang dan berkorban
agar perempuan Indonesia mendapat pendidikan setara dengan laki-laki. Ia juga
pendiri surat kabar perempuan pertama di Indonesia.
Rohana tidak mendapat pendidikan secara formal,
namun semangat belajarnya sangat tinggi. Pada usia duabelas tahun ia sudah bisa
membaca dan menulis abjad Arab, Latin dan Arab-Melayu, dan pandai berbahasa
Belanda. Dan pada usia duabelas tahun ia
mengajarkan teman-teman sebayanya membaca dan menulis. Rohana belajar menjahit,
menyulam, merenda dan merajut dari seorang perempuan Belanda, isteri pejabat
Belanda atasan ayahnya. Ia juga banyak membaca majalah terbitan Belanda yang
memuat berita politik, gaya hidup dan pendidikan di Eropa.
Kemudian pada tanggal 11 Februaru 1911 ia mendirikan
sekolah keterampilan khusus perempuan, Sekolah Kerajinan Amai Setia. Sekolah
ini mengajarkan murid-murid keterampilan tulis-baca, mengelola keuangan, budi
pekerti, pendidikan Agama dan Bahasa Belanda. Banyak rintangan yang
dihadapinya, terutama dari pemuka adat dan kebiasaan masyarakat Koto Gadang.
Rohana memasarkan hasil kerajinan para muridnya ke
Eropa. Sekolah Kerajinan Amai Setia yang didirikan Rohana telah menjadi basis
industri rumah tangga serta koperasi jual beli dan simpan pinjam pertama di Minangkabau yang
semua anggotanya perempuan.
Banyak petinggi Belanda yang kagum akan perjuangan
dan hasil kerja kerasnya. Dan kiprahnya ini menjadi topik pembicaraan di
Belanda. Berita perjuangannya banyak ditulis di surat kabar terkemuka dan
disebut sebagai perintis pendidikan perempuan pertama di Sumatera Barat.
Tanggal 10 Juli 1912 Rohana mendirikan surat kabar
perempuan pertama yang dinamai “Sunting Melayu”. Pemimpin redaksi, redaktur dan
penulisnya semuanya perempuan.
Semakin sukses perjuangan Rohana, semakin besar pula
badai cobaan menerpa. 22 Oktober 1916, salah seorang muridnya yang sudah sukses mengkhianatinya dan menuduhnya
melakukan penyelewengan keuangan, dan Rohana diminta turun dari jabatannya
sebagai Direktris dan Peningmeester di Sekolah Amai Setia yang didirikannya.
Setelah beberapa kali persidangan tuduhan itu dinyatakan tidak memiliki bukti. Jabatan Direktris dikembalikan
kepadanya, tapi ia menolaknya. Ia memilih pulang ke Bukittinggi dan mendirikan
sebuah sekolah yang dinamai “Rohana School”.
Rohana turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar
semangat juang para pemuda. Rohana pun mempelopori berdirinya dapur umum dan
badan sosial untuk membantu para gerilyawan. Ia mencetuskan ide penyelundupan
senjata dari Kotogadang ke Bukittinggi melalui Ngarai Sianok dengan cara
menyembunyikannya dalam sayuran dan buah-buahan yang kemudian dibawa ke Payakumbuh
dengan kereta api.
Rohana Kudus
lahir 20 Desember di Koto Gadang , Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Pada usia 24
tahun Rohana menikah dengan Abdul Kudus, seorang notaries. Sepanjang hidupnya Rohana menghabiskan waktu untuk
belajar dan mengajar. Ia melakukan beragam kegiatan yang berorientasi pada
pendidikan, jurnalistik, bisnis dan politik. Ia dianugerahi penghargaan sebagai
Wartawati Pertama Indonesia. Rohana wafat di Jakarta pada 17 Agustus 1972.
Sumber :id.wikipedia.org